Sabtu, 28 Januari 2012

Kesultanan Aceh


Kesultanan Aceh Darussalam berdiri menjelang keruntuhan dari Samudera Pasai yang pada tahun 1360 ditaklukkan oleh Majapahit hingga kemundurannya di abad ke-14. Kesultanan Aceh terletak di utara pulau Sumatera dengan ibu kota Kutaraja (Banda Aceh) dengan sultan pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah yang dinobatkan pada pada Ahad, 1 Jumadil awal 913 H atau pada tanggal 8 September 1507. Dalam sejarahnya yang panjang itu (1496 - 1903), Aceh telah mengukir masa lampaunya dengan begitu megah dan menakjubkan, terutama karena kemampuannya dalam mengembangkan pola dan sistem pendidikan militer, komitmennya dalam menentang imperialisme bangsa Eropa, sistem pemerintahan yang teratur dan sistematik, mewujudkan pusat-pusat pengkajian ilmu pengetahuan, hingga kemampuannya dalam menjalin hubungan diplomatik dengan negara lain.
A.     Awal Mula
Kesultanan Aceh didirikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah pada tahun 1496. Di awal-awal masa pemerintahannya wilayah Kesultanan Aceh berkembang hingga mencakup Daya, Pedir, Pasai, Deli dan Aru. Pada tahun 1528, Ali Mughayat Syah digantikan oleh putera sulungnya yang bernama Salahuddin, yang kemudian berkuasa hingga tahun 1537. Kemudian Salahuddin digantikan oleh Sultan Alauddin Riayat Syah Al-Kahar yang berkuasa hingga tahun 1568.
B.   Masa Kejayaan
Kesultanan Aceh mengalami masa keemasan pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda (1607 - 1636). Pada masa kepemimpinannya, Aceh telah berhasil memukul mundur kekuatan Portugis dari selat Malaka. Kejadian ini dilukiskan dalam La Grand Encyclopedie bahwa pada tahun 1582, bangsa Aceh sudah meluaskan pengaruhnya atas pulau-pulau Sunda (Sumatera, Jawa dan Kalimantan) serta atas sebagian tanah Semenanjung Melayu. Selain itu Aceh juga melakukan hubungan diplomatik dengan semua bangsa yang melayari Lautan Hindia.
Pada tahun 1586, kesultanan Aceh melakukan penyerangan terhadap Portugis di Melaka dengan armada yang terdiri dari 500 buah kapal perang dan 60.000 tentara laut. Serangan ini dalam upaya memperluas dominasi Aceh atas Selat Malaka dan semenanjung Melayu. Walaupun Aceh telah berhasil mengepung Melaka dari segala penjuru, namun penyerangan ini gagal dikarenakan adanya persekongkolan antara Portugis dengan kesultanan Pahang.
Dalam lapangan pembinaan kesusasteraan dan ilmu agama, Aceh telah melahirkan beberapa ulama ternama, yang karangan mereka menjadi rujukan utama dalam bidang masing-masing, seperti :
a)     Hamzah Fansuri dalam bukunya Tabyan Fi Ma'rifati al-U Adyan
b)    Syamsuddin al-Sumatrani dalam bukunya Mi'raj al-Muhakikin al-Iman
c)     Nuruddin Al-Raniri dalam bukunya Sirat al-Mustaqim
d)     Syekh Abdul Rauf Singkili dalam bukunya Mi'raj al-Tulabb Fi Fashil.
C.    Kemunduran
Kemunduran Kesultanan Aceh bermula sejak kemangkatan Sultan Iskandar Tsani pada tahun 1641. Kemunduran Aceh disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya ialah makin menguatnya kekuasaan Belanda di pulau Sumatera dan Selat Malaka, ditandai dengan jatuhnya wilayah Minangkabau, Siak, Tapanuli dan Mandailing, Deli serta Bengkulu kedalam pangkuan penjajahan Belanda. Faktor penting lainnya ialah adanya perebutan kekuasaan di antara pewaris tahta kesultanan.
Traktat London yang ditandatangani pada 1824 telah memberi kekuasaan kepada Belanda untuk menguasai segala kawasan British/Inggris di Sumatra sementara Belanda akan menyerahkan segala kekuasaan perdagangan mereka di India dan juga berjanji tidak akan menandingi British/Inggris untuk menguasai Singapura.
Pada akhir November 1871, lahirlah apa yang disebut dengan Traktat Sumatera, dimana disebutkan dengan jelas "Inggris wajib berlepas diri dari segala unjuk perasaan terhadap perluasan kekuasaan Belanda di bagian manapun di Sumatera. Pembatasan-pembatasan Traktat London 1824 mengenai Aceh dibatalkan." Sejak itu, usaha-usaha untuk menyerbu Aceh makin santer disuarakan, baik dari negeri Belanda maupun Batavia. Setelah melakukan peperangan selama 40 tahun, Kesultanan Aceh akhirnya jatuh dan digabungkan sebagai bagian dari negara Hindia Timur Belanda. Pada tahun 1942, pemerintahan Hindia Timur Belanda jatuh di bawah kekuasan Jepang. Pada tahun 1945, Jepang dikalahkan Sekutu, sehingga tokoh-tokoh pergerakan kemerdekaan di ibukota Hindia Timur Belanda (Indonesia) segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945, Aceh menyatakan bersedia bergabung ke dalam Republik indonesia atas ajakan dan bujukan dari Soekarno kepada pemimpin Aceh Tengku Muhammad Daud Beureueh saat itu.
D.    Perang Aceh
Perang Aceh dimulai sejak Belanda menyatakan perang terhadap Aceh pada 26 Maret 1873 setelah melakukan beberapa ancaman diplomatik, namun tidak berhasil merebut wilayah yang besar. Perang kembali berkobar pada tahun 1883, namun lagi-lagi gagal, dan pada 1892 dan 1893, pihak Belanda menganggap bahwa mereka telah gagal merebut Aceh.
Dr. Christiaan Snouck Hurgronje, seorang ahli Islam dari Universitas Leiden yang telah berhasil mendapatkan kepercayaan dari banyak pemimpin Aceh, kemudian memberikan saran kepada Belanda agar serangan mereka diarahkan kepada para ulama, bukan kepada sultan. Saran ini ternyata berhasil. Pada tahun 1898, Joannes Benedictus van Heutsz dinyatakan sebagai gubernur Aceh, dan bersama letnannya, Hendrikus Colijn, merebut sebagian besar Aceh.
Sultan Muhammad Daud akhirnya menyerahkan diri kepada Belanda pada tahun 1903 setelah dua istrinya, anak serta ibundanya terlebih dahulu ditangkap oleh Belanda. Kesultanan Aceh akhirnya jatuh seluruhnya pada tahun 1904. Saat itu, hampir seluruh Aceh telah direbut Belanda.


Tuanku Muhammad Daud Syah Johan Berdaulat, sultan Aceh yang terakhir.
Sultan Aceh merupakan penguasa / raja dari Kesultanan Aceh, tidak hanya sultan, di Aceh juga terdapat Sultanah / Sultan Wanita









E.    Silsilah Raja-Raja Kerajaan Aceh Darussalam
1.     Sultan Alaidin Ali Mughayat Syah, 916-936 H (1511 - 1530 M)
2.    Sultan Salahuddin, 939-945 H (1530 - 1539M)
3.    Sultan Alaidin Riayat Syah II, terkenal dengan nama AL Qahhar 945 - 979 H (1539 - 1571M)
4.    Sultan Husain Alaidin Riayat Syah III, 979 - 987 H (1571 - 1579 M)
5.    Sultan Muda bin Husain Syah, usia 7 bulan, menjadi raja selama 28 hari
6.    Sultan Mughal Seri Alam Pariaman Syah, 987 H (1579M) selama 20 hari
7.    Sultan Zainal Abidin, 987 - 988 H (1579 - 1580 M)
8.    Sultan Alaidin Mansyur Syah, 989 -995H (1581 -1587M)
9.    Sultan Mugyat Bujang, 995 - 997 H (1587 - 1589M)
10. Sultan Alaidin Riayat Syah IV, 997 - 1011 H (1589 - 1604M)
11.  Sultan Muda Ali Riayat Syah V, 1011 - 1015 H (1604 - 1607M)
12. Sultan Iskandar Muda Dharma Wangsa Perkasa Alam Syah, 1016 - 1045H (1607 - 1636M)
13. Sultan Mughayat Syah Iskandar Sani,1045 - 1050 H (1636 - 1641M)
14. Multanah Sri Ratu Tajul Alam Safiatuddin Johan Berdaulat, 1050-1086H (1641 - 1671M)
15. Sultanah Sri Ratu Nurul Alam Naqiatuddin (anak angkat Safiatuddin), 1086 - 1088 H (1675-1678 M)
16. Sultanah Sri Ratu Zakiatuddin Inayat Syah (putri dari Naqiatuddin), 1088 - 1098 H (1678 - 1688M)
17. Sultanah Sri Ratu Kemalat Syah (anak angkat Safiatuddin), 1098 - 1109 H (1688 - 1699M)
18. Sultan Badrul Alam Syarif Hasyim Jamalul Lail, 1110 - 1113 H (1699 - 1702M)
19. Sultan Perkasa Alam Syarif Lamtoi bin Syarif Ibrahim, 1113 - 1115H (1702 -1703 M)
20.Sultan Jamalul Alam Badrul Munir bin Syarif Hasyim 1115 - 1139 H (1703 - 1726M)
21. Sultan Jauharul Alam Imaduddin, 1139H (1729M)
22.Sultan Syamsul Alam Wandi Teubeueng
23.Sultan Alaidin Maharaja Lila Ahmad Syah, 1139 - 1147H (1727 - 1735H)
24.Sultan Alaidin Johan Syah, 1147 - 1174 (1735-1760M)
25.Sultan Alaidin Mahmud Syah, 1174 -1195 H (1760 - 1781M)
26.Sultan Alaidin Muhammad Syah, 1195 -1209 H (1781 - 1795M)
27.Sultan Husain Alaidin Jauharul Alamsyah,1209 -1238 H (1795-1823M)
28.Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah, 1238 - 1251 H (1823 - 1836M)
29.Sultan Sulaiman Ali Alaidin Iskandar Syah, 1251-1286 H (1836 - 1870 M)
30.Sultan Alaidin Mahmud Syah, 1286 - 1290 H (1870 - 1874M)
31. Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah, 1290 -.....H (1884 -1903 M)

            Sultan Alaidin Muhammad Daud Syah adalah sultan terakhir dari Kerajaan Aceh Darussalam, beliau berjuang dan bergerilya selama 29 tahun dan beliau tidak pernah menyerahkan kedaulatan negaranya kepada pihak
belanda. Pada tahun 1903 beliau ditangkap oleh Belanda dan diasingkan ke Ambon, Maluku dan terakhir dipindahkan ke Jawa. Beliau mangkat di Jakarta pada tahun 1939.













Pemerintahan Jepang di Indonesia


Ø Tujuan Kedatangan Jepang ke Indonesia 
 
1) Menguasai wilayah Indonesia & dijadikan sumber memperoleh bahan baku. 
2) Untuk melakukan pemerasan ekonomi 
3) Mengerahkan pemuda-pemuda Indonesia untuk romusha (kerja paksa)
4) Jepang membentuk organisasi semi militer dan militer penuh untuk membantunya melawan sekutu
 
Ø  Propaganda Jepang 
 
1) Gerakan 3A: 
·    Jepang pemimpin asia
·    Jepang pelindung asia
·    Jepang cahaya asia
2) Jepang adalah saudara tua Indonesia 
3) Jepang membentuk Putera 
4) Jepang bertujuan untuk membebaskan Indonesia dari penjajahan 
 
 
Ø  Pemerasan Jepang 
 
Ë Sumber Daya Alam :
` 1) Petani wajib menyetorkan hasil panen padi, jagung, & ternak
2) Petani wajib menanam jarak untuk pelumas senjata
3) Hutan-hutan ditebang untuk kebutuhan industri
4) Hasil perkebunan harus disetor kepada Jepang
5) Makanan pokok
6) Perkebunan peninggalan Belanda disita
Ë Sumber Daya Manusia :
1)  Non Militer
o  Romusha (Kerja Paksa)
o  Jugun Ianfu
 
2)  Semi Militer
o  Gakukotai (Barisan murid-murid SD)
o  Seinentai (Barisan murid-murid SMP)
o  Seinendan (Barisan Pemuda)
o  Fujin-Seinentai (Barisan Gadis-gadis)
o  Fujinkai (Barisan wanita)
o  Keibodan (Barisan cadangan polisi)
o  Jawa Hokokai (himpunan kebaktian rakyat Jawa)
3)  Militer
o  PETA (Pembela tanah air)
o  Heiho (Pembantu prajurit)
o  Syuisyintai (Barisan Pelopor)
o  Jibakutai (Pasukan berani mati)
 
Ø  Perlawanan Rakyat
 
1)   Perjuangan melalui organisasi yang dibuat Jepang
·      Memanfaatkan organisasi PUTERA
·      Mamanfaatkan barisan Syuisyintai
·      Memanfaatkan Chuo Sang In
2)   Perjuangan melalui gerakan bawah tanah (Perjuangan secara rahasia)
·      Gerakan kelompok Sutan Syahrir
·      Gerakan Kelompok Amir Syarifuddin
·      Golongan persatuan mahasiswa
·      Kelompok Sukami
·      Kelompok pemuda Menteng 31
·      Golongan Kaigun
3)   Perlawan bersenjata
·      Perlawanan rakyat di Cot Pleing
·      Perlawanan rakyat di Pontianak
·      Perlawanan rakyat di Sukamanah, Singaparna, Jabar
·      Perlawanan rakyat di Cidempet, Kec. Lohbener, Indramayu dll.
 
Ø Akibat Penjajahan Jepang
 
1)   Akibat positif 
œ  Rakyat Indonesia mendapatkan latihan kemiliteran
œ  Pembentukan strata masyarakan hingga tingkat paling bawah
œ  Sistem baru bagi pertanian
œ  Didirikannya koperasi
œ  Bahasa Indonesia dijadikan bahasa nasional
œ  Adanya kegiatan upacara dalam sekolah
œ  Dibentuknya BPUPKI & PPKI
2)   Akibat negatif
œ  Penghapusan semua organisasi politik
œ  Adanya Romusha 
œ  Rakyat menjadi miskin
œ  Terjadi banjir dimana-mana karena illegal loging
œ  Terjadinya kekacauan situasi & kondisi di masyarakat
œ  Krisis ekonomi yang sangat parah